Kamis, 12 Juli 2018

Metode Geofisika Eksplorasi (Geolistrik)


TEORI

Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan  dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical  constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda - metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis.
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan  penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.


1.1 Cara Kerja Metode Geolistrik
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.

1.2 Kegunaan Geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan.

1.3 Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.

1.4 Sejarah
Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan perkembangan yang paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik karena dalam perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam beberapa mazhab (school), padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan tersebut terletak pada :
1.Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).
2.Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang dipakai mempengaruhi daya penetrasi alat.
3.Data prossessing.
Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah dikenal peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang mula-mula memakai cara geofisika untuk maksud eksplorasi adalah :
1.Gray dan Wheeler thn. 1720, melakukan pengukuran terhadap batuan dan mecoba membakukan tebal konduktivitas batuan.
2.Watson thn 1746, menemukan ,bahwa tanah merupakan konduktor dimana potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua elektroda arus yang dipotong sejarak 2 mil , bervarisai akibat adanya perbedaan kondisi geologi setempat.
3.Robert W. Fox thn. (1789 - 1877) , dapat disebut sebagai Bapak Metoda Geolistrik , karena beliau yang pertama kali mempelajai hubungan sifat-sifat listrik dengan keadaan geologi, temperatur, terrestrial electric dan geothermal. Fox mempelajari sifat-sifat kelistrikan tersebut di tambang-tambang Corn wall, Inggris.
4.Perkembangan dilanjutkan secara bertahap : thn.1871 oleh W.Skey, thn. 1847oleh Charles Matteucci., thn. 1882 oleh Cart Barus, thn. 1891 oleh Brown, thn. 1897 oleh Bernfield, thn 1912 oleh Gottchalk, thn. 1914 oleh R.C. Wells dan  George Ottis.
5.Perkembangan agak berbeda setelah Conrad Schlumberger dan R.C. Welldimana geolistrik berkembang di dua benua, dengan cara dan sejarah yang berbeda. Akan tetapi di ujung perkembangan tersebut kedua mazhab ini bertemu lagi, terutama dalam menggunakan konsep matematika yang sama yang diterapkan pada teori interpretasi masing-masing.
6.Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana E. dan Mooney H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968, Rijkkswaterstaat, The Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.
7.Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan pembuatan perangkat lunak dari melakukan “matching curve” sampai perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan IP2Wi.

1.5 Metode
1.5.1 Metode Geolistrik Tahanan Jenis ( Resistivity Methode )
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur.
Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda potensial dan elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, antara lain :
1.                       Metoda Schlumberger
2.                       Metoda Wenner
3.                       Metoda Dipole Sounding

1.5.2 Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas ( IP/ Induce Polarization Methode )
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu. Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada posisi semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama ditentukan reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan larutan dalam batuan. gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus terkontrol melalui bahan yangakan diselidiki.
Pengukuran respon IP dapat dilakukan  dengan cara :
a.      Pengukuran domain waktu
Pengukuran polarisasi terimbas dengan domain waktu yaitu dengan cara mengalirkan pulsa arus listrik bebrbentuk persegi panjang kedalam tanah. untuk mengukur derajar terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu di definisikan chargeability.
b.      Pengukuran domain frekunsi
Untuk mempolarisasika suatu bahan dengan arus listrik imbas ke sutau tingkat tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya. Karena frekunsi berbanding terbalik dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan dengan pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan sifat polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran frekuensi (sumner, 1976).

1.5.3 Metode Geolistrik Potensial Diri ( SP/ Self Potential Methode )
Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya dilakukan tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan potensial alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang dapat diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt. Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di kontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial elektrokinetik sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia (potensial liquid-junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan merupakan gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu efek topografi (TE) ), SP noise (SPN ) dan SP sisa (SPR). Metode potensial diri (SP) merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di kelompok titik titik di permukaan tanah. Potensial diri umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak - kontak geologi, aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu dan tekanan dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam lainnya.
Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan statis alam (Static Natural Voltage) pada permukaan tanah. Orang yang pertama kali menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung mineral logam.
Dengan mengetahui arus yang diinjeksikan dan mengukur beda potensial di sekitar tempat arus diinjeksikan, maka nilai tahanan jenis tanah dapat diperoleh. Nilai tahanan jenis yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut sebagai apparent resistivity atau resistivitas semu. Metode ini mengasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam kondisi yang sesungguhnya, tanah bersifat tidak homogen karena bumi terdiri atas lapisan – lapisan dengan p yang berbeda beda, sehingga nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan nilai resistivitas yang mewakili nilai resistivitas seluruh lapisan yang terlalui oleh garis ekipotensial. Metode resistivitas ini sering dimanfaatkan dalam dunia eksplorasi untuk beberapa keperluan antara lain untuk pencarian reservoir geothermal dan ekplorasi air tanah.

1.6 Kelebihan dan Kekurangan
Setiap metode mempunyai Keunggulan dan Kekurangan , keunggulan dan kekurangan metode geolistrik adalah sebagai berikut
Kelebihan
1.                  Harga peralatan murah
2.                  Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
3.                  Biaya survei relatif murah
4.                  Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 4 titik dalam sehari.
Kekurangan 
1.                  Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume pasti air tersebut
2.                  Peralatan relatif kecil dan ringan
3.                  Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
4.         Tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena jankauannya berkisar 1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi.

1.7 Alat atau Instrumen
1.Mini Sting, Alat yang menginjeksikan arus ke dalam bumi dan mengukur respon yangdiberikan dari dalam bumi.
2.Aki, Sumber tenaga untuk alat Mini Sting.
3.Elektroda, Sebuah tongkat besi yang ditancapkan ke bumi, untuk mengukur bedapotensial atau menginjeksikan arus dari Mini Sting.
4.Kabel, Sebagai konduktor yang menghantarkan arus ke elektroda.
5.Switch Box, Kotak yang menghubungkan tiap Elektroda dengan Mini Sting, karenasetiap elektroda sudah terhubung dengan kabel yang dicolokkan ke Switch Box, makauntuk melakukan pengukuran dengan jarak elektroda yang berbeda, kita hanya perlumemindahkan urutan kabel yang di colok ke Switch Box.
6.Meteran, Sebagai alat ukur untuk jarak dari elektroda.
7.GPS, Untuk mengetahui posisi dan elevasi tiap elektroda.
8.Lakban, Untuk menempelkan kabel ke elektroda supaya lebih kuat dan tidak mudah lepas.


APLIKASI

2.1 Pengambilan Data
Cara pengukuran metode resistivitas yang biasa digunkan dalam akuisisi data lapangan memiliki fungsi yang berbeda beda. Disini akan dibahas tentang Lateral Mapping dan Vertical Sounding seperti yang sudah diberitahukan sebelumnya.
1. Lateral Mapping
Pada lateral mapping cara ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Ilustrasinya ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Teknik akuisisi Lateral mapping

Gambar diatas menunjukkan skema akuisisi data secara mapping dengan menggunakan konfigurasi Wenner. Untuk pengukuran pertama ( n=1), spasi antar elektroda dibuat sama besar a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektroda selanjutnya digeser ke kanan sejauh a ( C1 bergeser ke P1, P1 bergeser ke P2, P2 bergeser C1 ) sampai jarak maksimum yang diinginkan.
2. Vertical Sounding
Cara ini digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah suatu titik sounding di permukaan bumi. Cara ini sering disebut sounding  1-D sebab resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertical. Ilustrasi ditujukkan oleh gambar 2.2.

Gambar 2.2 Teknik akuisisi vertical Sounding

Pada skema ini akuisisi data secara sounding dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger, pengukuran pertama dilakukan dengan jarak antar spasi C1-P1 dan C2-P2 adalah a. Dari pengukuran tersebut diperoleh satu titik pengukuran kedua ( n-2) sampai kedalaman atau jarak yang diinginkan.
Terdapat beberapa macam susunan/ konfigurasi elektroda untuk akuisisi data pada resistivitas. Secara umum konfigurasi elektroda pada akuisisi data adalah

Gambar 2.3 Konfigurasi elektroda pada akuisisi data

Nilai  ( apparent resistivity ) dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan :


Dengan  adalah beda potensial antara titik M dan N, I adalah arus, dan K adalah faktor konfigurasi yang bernilai :


Beberapa macam konfigurasi yang telah ada antara lain konfigurasi Wenner, Schlumberger, pole – dipole, dipole – dipole, dan sebagainya. Penggunaan konfigurasi – konfigurasi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing bergantung pada keperluan pengguna. Sebagai contoh, konfigurasi wenner paling baik digunakan untuk keperluan lateral mapping, sedangkan konigurasi Schlumberger biasanya digunakan untuk keperluan vertical sounding. Berikut saya lampirkan konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi elektroda Wenner.
1. Konfigurasi Elektroda Schlumberger

Gambar 2.4 Skema Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger ini MN digunakan sebagai elektroda potensial dan AB digunakan sebagai elektroda arus. Pada konfigurasi ini nilai MN < AB, bisa kita lihat pada persamaan 1 dan 2 maka kita dapatkan nilai Ksnya adalah :


Umumnya metode Schlumberger ini dilakukan dengan jarak elektroda AB dibuat 10 kali atau lebih terhadap jarak elektron MN. Namun metode ini dapat dilakukan dengan jarak AB < 10 MN asal jarak L > 4l.
2. Konfigurasi Elektroda Wenner

Gambar 2.5 Skema konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner digunakan pada jarak yang sama antara elektroda. Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB. Pada konfigurasi ini persamaan relativitasnya menjadi :

Dengan Kw = 2Πa

Pada konfigurasi ini, jarak antar elektroda a harus seragam untuk setiap pengukuran. Bila jarak elektroda AB 12 m, maka jarak elektroda MN 4 m dan demikian seterusnya. Sedangkan menurut  referensi yang diperoleh konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2 seperti pada Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2 adalah a maka jarak antar elektroda arus(C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka, 2001).

Gambar 2.6 Pengaturan Elektroda konfigurasi Wenner – Schlumberger 

2.2 Pengolahan Data
 Pengolahan DataPengolahan data yang kita lakukan menggunakan software RES2DINV, data yangkita perlukan adalah data topography yang didapatkan dari GPS dan data rho apparent yangdi dapatkan dari display di mini sting saat melakukan pengukuran, lalu buat notepad denganekstensi *.dat dan buat format seperti dibawah ini :


Lalu setelah memasukkan seluruh data Apparent Resistivity, barulah pada line berikutnyakita memasukkan data topography yang mana nantinya akan mempengaruhi bentukpenampang bawah permukaan dan juga midpoint dari array dan memengaruhi hasil inversinantinya.

Catatan : Notepad di save dengan extensi file .DAT

Semua data tiap line dimasukkan kedalam notepad dalam extensi *.dat barulahkita akan memprosesnya lebih lanjut dengan software RES2DINV, dimana software tersebutdapat melakukan proses inversi kepada data apparent resistivity menjadi true resistivity untukmembantu kita dalam melakukan intepretasi daerah tersebut dalam bentuk penampang bawahpermukaan.Berikut ini merupakan langkah-langkah processing dengan menggunakan RES2DINVuntuk membuat penampang resitivity batuan dibawah permukaan berdasarkan sifatkelistrikan batuan:

1. Input data
Langkah pertama adalah kita mengimport data kita untuk diolah di program RES2DINVdengan cara;Klik File > Read Data File > line-1.dat

Tampilan RES2DINV saat berhasil membuka data

2. Inversi
Proses inversi dengan metode Least Square Inversion ini kita iterasi berkali-kali sampaimendapatkan hasil yang memiliki error paling kecil. Supaya didapatkan penampang bawahpermukaan yang paling mendekati aslinya. Kiri pada titik-titik datum yang tidak berada pada garis tengah dan tidak segaris dengandata-data yang lain untuk menghilangkan data yang jelek, karena secara teori data padakedalaman vertical yang sama tapi pada jarak horizontal yang berbeda seharusnya apparentresistivitynya tidak memiliki nilai yang jauh berbeda kecuali ada kondisi geologi ekstrimseperti adanya intrusi.

Tampilan menu Extreminate Bad Data Points RES2DINV

Lalu setelah itu diinversi lagi, maka akan mendapatkan error yang lebih kecil

Tampilan hasil inversi setelah exterminate bad data pointsRES2DINV

4. Memasukkan data topographyHasil inversi tersebut belumlah memiliki data elevasi, kita dapat memberikannya dengancara:Display -> Show Inversion ResultDisplay Sections -> Include Topography in Model Section

Tampilan hasil include topography pada hasil inversi RES2DIN

2.3 Hasil Interprestasi
Salah satu cara untuk menginterpretasi data hasil pengukuran geolistrik adalah dengan metode apa yang dikenal sebagai “curve matching” atau pencocokan kurva. Grafik ini didapatkan dengan mengeplot nilai resistivitas semu dalam sumbu y dengan jarak elektroda AB dibagi 2 (meter) pada sumbu x memakai skala logaritmik.

contoh kurva data geolistrik

Penampang geologi yang dihasilkan, berisi lapisan-lapisan dengan ketebalan tertentu yang memiliki nilai resistivitas tertentu. Untuk mengetahui litologinya, nilai resistivitas ini dapat dicocokkan dengan rentang nilai resistivitas untuk batuan yang sudah diketahui dari berbagai penelitian. Teknik mencocokkan seperti ini sangat rentan terhadap kesalahan karena nilai resistivitas batuan sangat bervariasi tergantung kondisinya. Hal lainnya adalah beberapa batuan memiliki rentang nilai resistivitas yang saling tumpang tindih sehinggga agak menyulitkan dalam menentukan jenis batuannya ketika proses interpretasi. rentang resistivitas berbagai batuan.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Tambahkan komentar anda disini!!!